PERMAINAN TRADISIONAL COKKI, bermakna 'mencongkel'. Cokki dimainkan mengenakan sarung tanpa mengenakan alas kaki. Menggunakan kayu berukuran setengah meter untuk mencungkil kayu kecil berukuran 5 sentimeter yang disimpan di dalam lubang tanah, kemudian dilempar ke arah lawan yang terdiri dari lima orang yang telah berdiri di depan pemain cokki.
Penentukan pemenang, jumlah hitungan jarak yang diukur dengan menggunakan kayu Cokki
PAKAIAN HITAM ADAT KAJANG. Bagi mereka, warna hitam adalah adat yang kental akan kesakralan. jika kita memasuki daerah Suku Kajang, maka kita harus berpakaian serba hitam. Bagi mereka warna hitam merupakan bentuk persamaan dalam segala hal. Hitam adalah lambang kesederhanaan bagi mereka. tidak ada warna hitam yang lebih baik dari hitam lainnya. Penutup kepala yang dipakai disebut Passapu dan sarungnya disebut Tope Lelleng.
PAKAIAN ADAT BAJU BODO. ini adalah pakaian adat Suku Bugis - Makassar yang biasanya digunakan oleh para perempuan untuk menghadiri pesta pernikahan. Pemakaian Baju Bodo memiliki aturannya sendiri. Warna jingga untuk usia 10 tahun, jingga dan merah darah untuk 10-14 tahun, merah darah untuk 17 - 25 tahun, putih untuk inang dan para dukun, hijau untuk putri bangsawan-ungu oleh para janda
TARIAN PADDUPPA merupakan tari tradisional Bugis Makassar yang ditujukan untuk memberikan sambutan kepada tamu atau pejabat yang hadir dalam suatu acara. Dan melambangkan penghormatan, keterbukaan terhadap perkembangn zaman akan tetapi tetap memelihara adat kesopanan sebagai suku Bugis Makassar
TARI PABBITTE PASSAPU. Tarian ini merupakan pesta adat Suku Kajang. Ini adalah tradisi Suku Kajang, yaitu mengadu ikat kepala yang dibentuk simpul seperti ayam
UPACARA ADAT APPA SULAPA atau ritual adat MAPPANO' RI WAE'. Upacara adat ini terdiri dari prosesi pembacaan mantra dalam bahasa Bugis dan Konjo, kemudian diiringi tarian dari para penari dan diakhiri dengan mekarung sesajen ke Sungai
RITUAL TUNU PANROLI yaitu mencari pelaku pencurian dengan cara seluru masyarakat memegang linggis yang membara setelah dibakar. Masyarakat yang tidak bersalah, tidak akan merasakan panasnya linggis tersebut. Tapi, apabila sang pencuri melarikan diri, maka dilakukanlah Tunu Passau yaitu Ammatoa membakar kemenyan sambil membaca mantra yang dikirmkan kepada pelaku agar jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia secara tidak wajar.
MASIH BANYAK LAGI. NANTI MENYUSUL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar